Finlandia & Indonesia Disebut Punya Masalah yang Sama soal Pendidikan, Ini Kata Pakar

Pakar asal Finlandia sekaligus guru besar Pendidikan Luar Biasa di Universitas Helsinki Finland, Prof Joseph Calvin Gagnon PhD ungkap tantangan negaranya dalam dunia pendidikan. Terutama masalah dalam perilaku pendidikan inklusi.

Hal itu disampaikannya dalam acara International Conference on Education Innovation (ICEI) ke-7 dengan tema “Elevating Education and Teaching Systems to Empower the Excellent Civilization” di Auditorium, Rektorat, Kampus Lidah Wetan, pada Sabtu, 26 Agustus 2023 lalu. Acara ini digelar oleh Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Dikutip dari laman resmi Unesa, Selasa (29/8/2023) Gagnon tidak memungkiri bila Finlandia memiliki kualitas pendidikan yang menjadi referensi negara lainnya. Tapi, negaranya itu memiliki problematika yang hampir sama dengan Indonesia terutama dalam bidang pendidikan luar biasa.

Masalah tersebut meliputi metode pembelajaran dan keterbatasan pengetahuan pengajar dalam menghadapi anak disabilitas. Untuk metode pembelajaran, Gagnon menyatakan gagasan tentang multi-tiered atau jenjang.

Gagasan itu meliputi General Support (pembelajaran diferensiasi), Intensified Support (pendampingan khusus), dan Special Support (sarana dan manajemen efektif untuk sekolah inklusi). Sedangkan untuk memperbaiki keterbatasan pengetahuan pengajar, ia merekomendasikan kepada pengajar inklusi untuk melakukan beberapa hal.

“Pengajar inklusi bisa membangun evaluasi antar universitas dalam hal perilaku remaja, memastikan komunikasi antar-pembelajar disabilitas, dan menyediakan bahan implementasi proaktif dalam bidang pendidikan inklusi,” ungkap Gagnon.

Dengan meningkatkan kualitas akses pendidikan untuk pelajar disabilitas sebagai dasar utama akan menciptakan kesetaraan dalam pendidikan. Dengan demikian, perkembangan dunia pendidikan suatu negara akan terlihat nyata.

Metode Belajar Baru
Pada kesempatan yang sama hadir pula Dr Mochamad Nursalim M Si, guru besar FIP Unesa. Ia menjelaskan saat ini penggunaan model pembelajaran di dunia pendidikan masih tradisional.

Hal ini berdampak pada kurangnya motivasi siswa dan mahasiswa, manajemen waktu, dan penggunaan metode yang kurang sesuai. Untuk menghadapi hal ini, Nursalim menawarkan solusi sebuah transformasi model mengajar dengan metode Bring Your Own Device (BYOD).

Metode ini memberikan kesempatan agar siswa bisa mengakses konten edukasi melalui perangkat elektronik. Dengan demikian, siswa dapat belajar tentang membuat pilihan, menciptakan lingkungan yang positif bahkan lebih jauh turut aktif dalam aktivitas minat dan bakat siswa.

Meski menguntungkan siswa, diperlukan pula peraturan fisik di kelas. Terutama untuk masalah pengisian daya perangkat, monitoring guru, kolaborasi siswa dan guru, pengelolaan aplikasi dan konten serta evaluasi lebih lanjut tentang pengukuran kemampuan siswa dalam menguasai materi.

Dalam penerapannya, metode ini pasti menemukan tantangan besar. Hal ini selaras dengan pendapat Prof Muhammad Kamarul Kabilan PhD dari Universitas Sains Malaysia yang menyatakan bahwa perencanaan pembelajaran yang kolaboratif menjadi tantangan besar bagi para pendidik di masa ini.

“Oleh karena itu, komunikasi digital berperan penting dalam pembelajaran online. Kaitan dengan akses bisa dipahami sebagai kesempatan belajar atau untuk mendapat layanan pendidikan yang berkualitas sesuai kondisi dan kebutuhannya. Akses ini tentu sudah disiapkan, tetapi perlu diperluas hingga sampai ke daerah terjauh dan terpelosok,” tuturnya.

sumber: detikedu

Leave a comment

Translate »
Butuh Informasi?