Hardiknas 2023: Tetap Optimis di Tengah Berbagai Tantangan Pendidikan

sumberfoto: sindonews.com

Tema peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2023 ini bertema “Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar”.  Pendidikan adalah Ibu kandung kehidupan.  Menjunjung tinggi pendidikan berarti menjunjung nilai-nilai kehidupan.  Bangsa ini lahir dimotori kalangan terdidik dan memiliki karakter yang kuat. Sebut saja beberapa diantaranya, Soekarno, Hatta, Sutan Syahrir, dan Juanda.

Bergerak bersama, pendidikan tidak mungkin berdiri sendiri, perlu kolaborasi dengan semua pihak. Tidak hanya Pemerintah tetapi orang tua, masyarakat, harus bergerak untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Semarakkan adalah sebagai bentuk semangat bersama, pesan yang terkandung adalah semua pihak harus mendukung terlaksananya pendidikan yang bermutu di Indonesia. Sementara Merdeka Belajar adalah peserta didik diberikan berbagai pilihan untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya untuk meraih kesuksesan pada masa depan.

Pendidikan yang Adaptif

Kemajuan teknologi informasi sangat luar biasa cepat dan terusmenerus mengalami percepatan.  Kemajuan ini perlu diikuti dengan ketangkasan bertindak.

Nadiem menyatakan digitalisasi dalam dunia pendidikan tidak bisa dihindari dan harus menjadi cara pemangku kepentingan untuk melakukan lompatan (leapfrog) untuk kualitas pendidikan.  Pendidikan kita harus mampu beradaptasi dengan kemajuan di bidang teknologi informasi. Namun masalah utama di lapangan adalah sarana dan prasarana kita yang masih tertinggal jauh dibandingkan beberapa negara, keluhan internet yang lamban jauh dari slogan generasi 5G.  Ini terbukti dengan tertundanya pembangunan beberapa sarana untuk relai sinyal internet.

Kemudian masalah penguasaan teknologi di kalangan pendidik yang masih sangat rendah. Permasalahan yang sering penulis temui adalah guru-guru senior yang sudah nyamannya dengan cara mengajar model tradisional “menerangkan, catat, baca ulang kemudian ujian.” Begitu seterusnya. Masalah lain yang mendasar adalah pemenuhan jumlah guru di setiap daerah yang masih timpang.

Pendidikan Inklusi

Pendidikan untuk semua tanpa ada lagi sekat pembeda. Sekolah tidak lagi menerima siswa yang dianggap “normal” tetapi harus mau menerima siswa yang lamban dalam menerima materi pembelajaran, siswa dengan kekurangan fisik tertentu dan tipe-tipe siswa lainnya yang selama ini dipisahkan dari lingkungan sekolah yang dianggap “normal.”  Istilah yang popular adalah anak berkebutuhan khusus (ABK).

Dalam banyak kasus sekolah harus mempersiapkan guru pendamping yang diberikan pelatihan agar bisa menangani siswa berkebutuhan khusus tadi.  Sekolah bersyukur jika orang tua yang menyekolahkan anaknya yang memiliki kebutuhan khusus juga menyediakan pendamping tersendiri.

Kemampuan Literasi

Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan menyadari bahwa negara ini masih sangat rendah dalam berliterasi.  Literasi secara harfiah adalah “melek”, dalam arti luas adalah memiliki wawasan terhadap berbagai hal, terutama isu-isu penting dalam kehidupan.

Setidaknya ada enam literasi dasar yang harus dikuasai; literasi baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, budaya dan kewargaan.  Melek atau berwawasan karena disertai literasi yang kuat, yaitu memiliki sifat berpikir kritis sehingga tidak mudah menerima informasi. Dalam keenam aspek tadi secara umum kita masih lemah.  Berapa banyak yang dengan mudahnya termakan isu hoaks (literasi digital), atau tidak bisa membedakan mana kebutuhan atau keinginan (literasi finansial).  Belum lagi berbicara literasi budaya, yang di dalamnya tentang sikap dan perilaku sebagai bangsa yang memiliki budaya adiluhung.  Perilaku kurang berbudaya malah dipertontonkan oleh para elite politik di rumah rakyat.

Itulah mengapa di awal tulisan disampaikan bahwa bangsa ini didirikan oleh kalangan terdidik/literate. Semua pemimpin besar kita adalah para pembaca.  The great leaders are readers.

Bayangkan tanpa jasa Juanda, dengan Wawasan Nusantaranya (Deklarasi Juanda), yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara utuh dengan laut sekitar, antara dan dalam kepulauan adalah satu kesatuan.  Tanpa deklarasi ini betapa dengan mudahnya kapal asing memasuki kawasan laut dalam Indonesia.  Juanda tentunya sangat memahami kondisi negara (literasi kebangsaan dan kepentingan global).

Semua kemampuan literasi  harus diawali dengan kegiatan membaca. Membaca harus jadi kebiasaan kalau perlu diwajibkan.

Penutup

Dinamika pendidikan senantiasa memiliki daya tarik tersendiri.  Beberapa kalangan melihat pendidikan sebagai investasi masa depan sehingga berusaha menyekolahkan anak-anaknya pada sekolah yang dianggap favorit.  Padahal menyediakan pendidikan yang bermutu merupakan kewajiban pemerintah yang dijamin oleh konstitusi.  Oleh karena segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan harus memenuhi kaidah penyediaan SDM, sarana dan prasarana yang memenuhi standar tinggi.  Inilah pekerjaan rumah pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan di dunia pendidikan.  Sikap optimis menghadapi tantangan di dunia pendidikan setidaknya adalah awal yang baik. Semoga.

Penulis : Syabar Suwardiman, S.Sos., M.Kom
Sumber: galamedia.pikiranrakyat.com

Leave a comment

Translate »
Butuh Informasi?